Cerita Sex Dewasa (CSD18) 01

CSD18 (01) GARA GARA INTIP KAKAK BERCINTA 

Saya terlahir dari keluarga berada, dan cukup terhormat. Dan saya keturunan Indo, campuran dari berbagai suku bangsa (negara). Saya pun tumbuh layaknya seperti gadis lain. Lincah dan banyak teman, di sekolah pun saya termasuk murid pintar. Itu kata Bu Guru dan teman-teman. Bila dilihat dari nilai yang ada di rapor dengan rata-rata delapan bisa jadi kata Guru dan teman-teman itu benar. Walaupun dalam perjalanan pendidikan sempat mengalami hambatan, namun akhirnya dapat juga menyelesaikan pendidikan diploma bidang sekretaris, yang sempat terseok-seok disebabkan oleh pergaulanku yang sudah termasuk kelewat batas. 

Saya termasuk anak yang menganut pergaulan bebas. Tepatnya dari kelas dua SMA sudah menjalin kasih dengan teman sekolah. Dan hubungan kami sampai di luar batas. Melakukan hal yang mestinya baru boleh dilakukan setelah ada ikatan resmi (menikah). Itu semua terjadi karena dalam keluarga, saya bungsu dari empat 
bersaudara, kami semua kurang mendapat didikan dan perhatian dari kedua orang tua. Kedua orang tuaku sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Dan kami anak-anaknya dipercayakan kepada pembantu. Ayah dan ibu seolah berkewajiban hanya menyiapkan uang untuk berbagai kebutuhan. Tapi dari segi kasih sayang sama sekali kami tidak merasakan. Ayah dan ibu pulang rata-rata sudah larut malam. Bahkan untuk sekadar makan bersama atau kumpul keluarga saja boleh dikatakan hampir tidak pernah. 

Kondisi itu sepertinya tidak dipedulikan oleh ketiga kakakku, dua pertama perempuan, dan ketiga laki-laki. Bisa jadi karena mereka sudah terbiasa. Tapi bagi saya (bungsu), sangat mendambakan belaian dan kasih sayang yang hangat dari ayah dan ibu. Dan harapan itu sangat terasa saat menjelang tidur malam. Ingin rasanya mendapat pelukan dan ciuman khususnya dari ibuku, karena harapan kasih dari kedua orang tua yang tak kunjung tiba, akhirnya membuat saya menjadi terbiasa mandiri. Bahkan menjadikan saya perempuan tegar dan tidak cengeng. Hampir semua persoalan hidup, saya hadapi dan coba selesaikan sendiri.

Dalam pergaulan dan keseharianku, untuk menghilangkan stres dan rasa penat di dalam rumah, sering saya keluar jalan-jalan mencari hiburan nonton film ramai-ramai bersama teman atau sekadar kongkow-kongkow hingga larut malam. Di dalam kehidupan pergaulan ini pun saya mengenal yang namanya obat-obatan terlarang dan mulai merokok. Sepertinya saat itu tidak ada beban dan rasa bersalah dengan keputusan yang saya ambil itu. Apalagi ketiga kakakku juga tidak ada yang dapat dijadikan sebagai panutan. Semua bersikap cuek. Jadi semua yang kuperbuat ya sah-sah saja. Tidak ada yang melarang, apalagi masing-masing (kakak-kakakku) punya kesibukan sendiri-sendiri.

Yang pertama Kak Intan, yang saat itu sedang kuliah asyik dengan kehidupannya sendiri bersama sang pacar satu kampus. Kedua (Kak Mira) kelakuannya juga tidak terlalu berbeda dengan Kak Intan. Di samping kuliah juga terlalu asyik dengan pacarnya. Sementara Kak Niko (kakak yang ketiga) memang lebih liar dibanding kedua kakak perempuanku. Hampir tiap hari dia pulang larut malam. Dan sekolahnya pun boleh dikatakan sudah drop. Kerjanya hanya main, dan kalau siang tidur. Tiap hari minta uang kepada ayah, jika tidak diberi pindah minta ke ibu. Saya sendiri sebagai adiknya, sampai sempat berpikir mau jadi apa nanti Kak Niko itu !?.

Pada suatu hari, saya merasa kurang enak badan dan minta ijin pulang duluan dari sekolah. Sampai di rumah, di kamar kakakku Intan yang bersebelahan dengan kamarku terdengar suara aneh, rintihan tapi disertai desahan. Awalnya saya memutuskan pulang itu untuk istirahat, namun dengan adanya suara itu, menjadikan saya penasaran dan mencoba mencari tahu. Kondisi rumah kami jika siang hari memang sepi. Karena biasanya semua kakakku dan aku pergi sekolah. Tinggallah pembantu sendirian yang dirumah. Kadang kakak Intan memang kuliah siang. Karena penasaran dengan suara rintihan aneh tersebut, akhirnya saya mencoba untuk membuka pintu kamar Kak Intan, dalam benak saya saat itu sempat terpikir, siapa tahu kak Intan sakit dan perlu pertolongan.

Aku beranikan diri untuk mendekati pintu kamar kak Intan yang masih tertutup, suara rintihan itu pun semakin jelas, dan sepertinya Kak Intan tidak sendirian. Karena penasaran saya mencoba mengintip lewat lubang kunci. Degup jantungku bergetar keras dan kencang. Melihat adegan seni yang saya ketahui, meski masih dalam khayalan dari membaca stensilan yang dipinjami teman. Bergetar lututku saat menyaksikan keasyikan kakakku yang tanpa penutup tubuh sedang bergelut dengan teman prianya. Perbuatan yang sebelumnya hanya saya khayalkan, kini terpampang di depan mata disajikan oleh kakakku Intan. Cukup lama pergumulan itu berlangsung. Dengan rasa tak tahan namun kepinginnya terus nonton, tapi takut ketahuan sama kak Intan, akhirnya saya pun pergi meninggalkan kamar kak Intan kemudian masuk kekamar saya dan rebahan.

Suara rintihan kakakku dan teman prianya terus menggoda hingga membuat saya tidak lagi merasakan sakit, bahkan penyakit pusing yang tadi terasa pun hilang begitu saja. Suara desahan Kak Intan tidak kedengaran lagi, sekarang yang terdengar hanya obrolan mereka berdua. Kemudian mereka pun berangkat kuliah. Kak Intan tidak tahu jika saya pulang lebih awal dan telah menyaksikan perbuatan bejatnya.

Setelah melihat kejadian tersebut, pikiran saya pun jadi sering membayangkannya. Namun terhadap Kak Intan saya bersikap biasa, seolah tidak tahu apa yang telah dilakukan dengan kekasihnya. Kepada ayah dan ibu juga saya tidak bercerita, saya pikir apa pedulinya toh sepertinya kakak saya begitu menikmati terlihat dan cara bermain dan pagutannya saat itu. Sejak kejadian itu, saya jadi sering bolos sekolah, dan selalu muncul keinginan untuk menonton kembali pergulatan dan adegan mendebarkan seperti yang dilakukan kak Intan dan pacarnya.

Pada suatu hari, saat saya dalam keadaan antara setengah tertidur, terdengar sayup-sayup suara dua orang sedang ngobrol di kamar sebelah, kamar Kak Mira (kakak kedua saya). Pikir saya mereka baru pulang kuliah. Kamar Kak Mira memang bersebelahan dengan saya. Kamar kami (cewek) bertiga berjejer, dan saya yang di tengah. Sementara kakak laki-laki saya, Niko kamarnya di depan. Ternyata kak Mira pulang kuliah mengajak teman laki-lakinya ke rumah.

Sayup sayup terdengar suara mereka, pertama obrolan itu soal pelajaran, namun lama-lama suara obrolan itu hilang, berganti suara desahan. Saya kontan bangun dan mengendap-endap mencari lubang kunci. Dan setelah di luar saya terkejut, karena pintu Kak Mira tidak ditutup dan terbuka cukup lebar. Saya sendiri jadi serba salah, takut ketahuan. Tapi suara musik di kamar Kak Mira membuat langkah dan gerakan saya tidak terdengar. Bahkan Kak Mira sepertinya tidak peduli dengan pintu yang masih terbuka itu. Setelah mendapat posisi yang aman, saya mengamati dengan cermat gerakan demi gerakan yang dilakukan Kak Mira bersama temannya. 

Terlihat mereka masih mengenakan pakaian lengkap. Hanya saja rok Kak Mira mulai tersingkap, CD-nya terlihat. Sementara Si pria masih lengkap dengan t-shirt dan celana jeans. Tapi pagutan dan ciuman mereka berdua sepertinya membawa ke langkah yang makin seru. Masing-masing berlomba melucuti pakaian lawannya. Hingga akhirnya keduanya dalam kondisi telanjang. Cukup nanar dan gemetar juga saya menyaksikan adegan itu. Dan adegan seperti itu pernah saya saksikan lewat film BF bersama teman-teman usai sekolah, di rumah Linda (teman sekelas). Dan kedua saat melihat Kak Intan sedang main dengan pacarnya. Namun saat nonton Kak Intan kurang seru disamping lewat lubang kunci, shownya sudah setengah main. 

Hari ini sungguh berbeda, saya menyaksikan seluruh permainan dari awal. Sungguh mendebarkan, Kak Mira meraih batang penis pacarnya, kemudian mulai dikocok-kocok dengan perlahan. Terlihat batang penis pacar kakakku mulai tampak membesar dan memanjang, sampai akhirnya dengan mata kepalaku sendiri aku menyaksikan bagaimana batang penis yang tadinya layu kini telah berdiri dengan kerasnya dan sangat panjang, mengundang hasrat birahiku untuk turut merasakan kehangatan dan kedahsyatan penis pacar kakakku ini. 

Dengan penuh birahi kakakku mulai mengulum batang penis yang ada dihadapannya, sementara tangannya tetap mengocok-ngocok bagian tengah kebawah batang penis, kulihat tubuh pacar kakakku berkelejat-kelejat dan dari mimik wajahnya seakan menahan serangan kenikmatan yang datang bertubi-tubi di daerah sekitar batang kepala penisnya. Pergulatan Kak Mira dan temannya semakin seru, saling memagut, mendesah, memburu, dan akhirnya saya lihat mereka berdua berada dalam permainan seks yang menggairahkan saat teman kakakku mulai memasukkan batang penisnya yang panjang kedalam vagina kakakku, kudengar kakakku mulai berteriak-teriak kecil dengan disertai desahan-desahan penuh birahi, kuakui memang teman kakakku ini memiliki stamina yang kuat sanggup bermain dalam satu jam dalam beberapa posisi seperti yang pernah kulihat dalam video seks kamasutra, kuhitung-hitung kakakku sudah mengalami orgasme tiga kali dalam permainan tersebut, hingga pada akhirnya kulihat teman kakakku menggenjot-genjotkan batang penisnya secara cepat, dan, tiba-tiba manarik batang penisnya dengan cepat dari vagina kakakku, dan beberapa detik kemudian kulihat semprotan sperma begitu banyaknya dan akhirnya teman kakakku mulai terkulai lemas dengan mandi keringat. Namun posisi mereka tetap berpelukan. 

Saya pun dengan lemas dan gemetar masuk kamar. Namun pada saat menyaksikan adegan pergumulan itu tidak terasa tangan saya seperti dibimbing meraba dan menyentuh barang terlarang milik saya. Dengan tidak sadar tangan saya mengusap-usap diantara selangkangan. Dan saya mendapatkan rasa kenikmatan. Sepertinya ada cairan yang keluar dari dalam, dan saya tidak tahu apa yang keluar itu. Yang ada hanya rasa nikmat tiada tara saat itu.
 

Perbuatan itu (mengusap kemaluan) saya lakukan di saat sendirian di dalam kamar. Dan ternyata saya mendapat kenikmatan yang sama seperti saat sedang nonton Kak Mira bercumbu. Bahkan perbuatan itu terus diulang-ulang. Rasa penasaran pun makin menjadi-jadi, sampai akhirnya saya ingin tahu bagaimana rasanya berhubungan.
 

Suatu saat, sebetulnya tidak sengaja. Saya bermaksud pinjam catatan pelajaran kepada pacar, yang tidak sempat saya ikuti karena tidak masuk sekolah. Kebetulan buku itu ada di rumah. Maka saya diajak ke rumahnya untuk mengambil buku tersebut. Rumah pacar saya siang itu sepi. Kedua orang tuanya bekerja, sementara pacar saya anak satu-satunya. Yang ada di rumah hanya pembantu. Rumah itu cukup besar dan sepi. Saya dipersilakan masuk, dan diajak ke kamarnya. Setelah diambilkan minum, kami ngobrol. Pacar saya sepertinya telah berpengalaman dalam berpacaran. Terlihat dan saat ngobrol tangannya mulai aktif meraba daerah sekwilda (sekitar wilayah dada) milik saya. Namun anehnya saya menikmati, dan membiarkan tangan itu menelusuri daerah sensitif saya. Teringat yang dilakukan pacar saya, seperti saat pacar Kak Mira melakukan hal yang sama. Saya pun terlena dalam kenikmatan, seperti terbang diawang-awang. Dan akhirnya perbuatan yang tadinya hanya dalam angan, kini kunikmati sungguhan.
bersambung ...